logo Kompas.id
β€Ί
Olahragaβ€ΊPsikologi Olahraga Masih...
Iklan

Psikologi Olahraga Masih Dipandang Sebelah Mata

Setiap atlet sangat membutuhkan psikolog, bukan sekadar motivator. Pola pikir atlet perlu dibangun agar cepat dan tepat mengambil keputusan saat bertanding dan saat berjuang bangkit dari kekalahan atau cedera.

Oleh
Stephanus Aranditio
Β· 1 menit baca
Jonatan Christie dari Indonesia bereaksi saat melawan Chou Tien-chen dari Taiwan pada pertandingan perempat final tunggal putra pada hari kelima Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia di Tokyo, 26 Agustus 2022.
AFP/RICHARD A. BROOKS

Jonatan Christie dari Indonesia bereaksi saat melawan Chou Tien-chen dari Taiwan pada pertandingan perempat final tunggal putra pada hari kelima Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia di Tokyo, 26 Agustus 2022.

JAKARTA, KOMPAS β€” Disiplin ilmu psikologi olahraga masih terasingkan di dunia olahraga Indonesia. Padahal, faktor nonteknis ini menjadi salah satu kunci bagi atlet untuk menggapai prestasi dan bangkit dari kekalahan atau setelah cedera. Banyak atlet yang membutuhkan peran psikolog untuk mengembangkan kariernya.

Ketua Ikatan Psikologi Olahraga (IPO) Lilik Sudarwati Adisasmito mengatakan, belum banyak cabang olahraga dan atlet yang melek terhadap peran psikolog untuk mendampingi. Sementara, Indonesia bercita-cita bisa masuk dalam lima besar olimpiade 2045 atau pada saat 100 tahun Indonesia merdeka.

Editor:
WISNU AJI DEWABRATA
Bagikan