Tragedi Kanjuruhan
Stadion Sepak Bola Jangan Lagi Jadi “Kuburan Massal”
PSSI harus sepenuh hati menjalankan rekomendasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta untuk transformasi total sepak bola Tanah Air. Dengan demikian, ke depan, stadion sepak bola tidak lagi jadi “kuburan massal”.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F11%2F10%2Fefb2c976-172b-45f0-b2c4-a5823daa6bcb_jpg.jpg)
Aremania berdoa bagi korban Tragedi Kanjuruhan saat unjuk rasa "Malang Menghitam" di Alun-alun Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (10/11/2022). Aremania, yang mengikuti unjuk rasa tersebut, juga membawa keranda serta foto-foto para korban meninggal.
JAKARTA, KOMPAS – Hari ini, Kamis (10/11/2022), adalah tepat 40 hari seusai Tragedi kemanusiaan di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang merenggut 135 nyawa saat pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Tragedi tersebut bermula saat aparat keamanan menembakkan gas air mata ke tribune penonton. Hingga saat ini, pengusutan dugaan pelanggaran hak asasi manusia tersebut masih terus diselidiki.
“Pertandingan sepak bola di stadion harusnya menjadi tontonan yang menghibur, bukan malah menjadi kuburan massal,” kata Fajar Junaedi, peneliti budaya suporter sepak bola.