logo Kompas.id
β€Ί
Olahragaβ€ΊBerkaca Kasus Eko Yuli,...
Iklan

Berkaca Kasus Eko Yuli, Olahraga Individu Butuh Sentuhan Personal

Berkaca dari kasus penolakan lifter Eko Yuli bergabung ke pelatnas PB PABSI, pengurus cabang diminta lebih mengutamakan sentuhan personal dalam olahraga individu. Permintaan hadirnya pelatih khusus bukan hal yang tabu.

Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/jPzgFjwg0kmGEuZBAdBdAL0N0Jw=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F02%2F20190201_ANGKAT-BESI_A_web_1549030650.jpg
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Lifter nasional Eko Yuli mengikuti latihan di pelatnas PB PABSI di Jakarta, Jumat (1/2/2019).

JAKARTA, KOMPAS – Pemangku kepentingan olahraga di Indonesia, terutama pengurus cabang olahraga, harus memahami bahwa olahraga individu butuh sentuhan personal. Maka itu, saat ada atlet yang menginginkan pelatih tertentu, itu jangan dianggap sebagai pembangkangan. Pengurus cabang olahraga sepatutnya mendengar dan mempertimbangkan kebutuhan tersebut.

Hal itu disampaikan pengamat olahraga nasional, Fritz E Simandjuntak, Selasa (20/3/2021) menyikapi polemik antara lifter Eko Yuli Irawan dengan Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) ketika dihubungi, Selasa (30/3/2021).

Editor:
Yulvianus Harjono
Bagikan