logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊPasca-Lebaran, Tantangan...
Iklan

Pasca-Lebaran, Tantangan Migrasi ke Surabaya di Depan Mata

Surabaya tidak bisa mencegah urbanisasi, tetapi mengelola sehingga tidak menambah masalah sosial dan ekonomi.

Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Β· 1 menit baca
Satu keluarga pemudik dengan KM Gunung Dempo dari Makassar tiba di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Sabtu (30/3/2024). KM Gunung Dempo turun dengan membawa 2.300 penumpang yang naik dari berbagi pelabuhan di Indonesia timur. Sebagian besar penumpang adalah perantau yang akan berlebaran di kampung halaman di Pulau Jawa. Mereka mudik lebih awal agar tidak kehabisan tiket di tengah pelayanan transportasi laut yang terbatas.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Satu keluarga pemudik dengan KM Gunung Dempo dari Makassar tiba di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Sabtu (30/3/2024). KM Gunung Dempo turun dengan membawa 2.300 penumpang yang naik dari berbagi pelabuhan di Indonesia timur. Sebagian besar penumpang adalah perantau yang akan berlebaran di kampung halaman di Pulau Jawa. Mereka mudik lebih awal agar tidak kehabisan tiket di tengah pelayanan transportasi laut yang terbatas.

Arus balik Lebaran ke Surabaya, Jawa Timur, telah melewati puncak. Selama periode Lebaran, ibu kota Jatim ini ditinggalkan sekitar 1,5 juta jiwa atau separuh populasi yang 3 juta jiwa. Kedatangan kembali warga sudah berlangsung, tetapi belum berakhir. Masih ada gelombang warga yang datang, termasuk dari desa-desa di berbagai daerah.

Meski demikian, lalu lintas Bumi Pahlawan, julukan Surabaya, sudah kembali padat. Seperti pada Rabu (17/4/2024) yang bersamaan dengan tradisi perayaan Lebaran Ketupat, aktivitas sosial ekonomi sudah bergerak lagi. Pertokoan, pasar, pusat belanja, perkantoran, dan tempat wisata sudah kembali melayani kebutuhan masyarakat.

Editor:
RINI KUSTIASIH
Bagikan