logo Kompas.id
NusantaraPesan yang Tak Kalah Penting...
Iklan

Pesan yang Tak Kalah Penting dari Tempat Pemungutan Suara

Di balik munculnya sejumlah TPS unik di berbagai tempat di DI Yogyakarta, tersirat pesan-pesan penting.

Oleh
MOHAMAD FINAL DAENG
· 3 menit baca
Suasana di depan TPS 14 Dipoyudan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta, dalam Pemilu 2024, Rabu (14/2/2024). TPS itu mengusung tema pengolahan sampah yang menjadi isu penting bagi masyarakat saat ini.
KOMPAS/MOHAMAD FINAL DAENG

Suasana di depan TPS 14 Dipoyudan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta, dalam Pemilu 2024, Rabu (14/2/2024). TPS itu mengusung tema pengolahan sampah yang menjadi isu penting bagi masyarakat saat ini.

Di tengah pesta demokrasi yang berlangsung serentak di seantero negeri, Rabu (14/2/2024), sejumlah perkampungan di DI Yogyakarta menunjukkan kreativitas dalam menyiapkan tempat pemungutan suara atau TPS. Namun, bukan sekadar ingin tampil beda, kreativitas itu membawa misi yang tak kalah penting.

Dari luar, penampilan TPS 14 di Kampung Dipoyudan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta, langsung menyita perhatian. TPS itu berlokasi di tepi jalan kampung yang tak jauh dari Malioboro.

Sebuah gerobak sampah berwarna biru sengaja diparkir di depan. Tampah yang telah dihias dengan warna-warni bertuliskan “TPS 14” pun tergantung di atap. Di bawahnya, lampion dari botol plastik bekas minuman bersoda, yang juga dikelir warna-warni, menyambut warga yang hendak menyalurkan hak suaranya.

Memasuki bagian dalam TPS, semarak dekorasi lain tampak menonjol. Salah satunya adalah backdrop mural yang lagi-lagi mengambil nuansa berwarna-warni.

Suasana di TPS 14 Dipoyudan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta, dalam Pemilu 2024, Rabu (14/2/2024). TPS itu mengusung tema pengolahan sampah yang menjadi isu penting bagi masyarakat saat ini.
KOMPAS/MOHAMAD FINAL DAENG

Suasana di TPS 14 Dipoyudan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta, dalam Pemilu 2024, Rabu (14/2/2024). TPS itu mengusung tema pengolahan sampah yang menjadi isu penting bagi masyarakat saat ini.

Sebuah pesan besar tertulis di situ: ”Wilayahe resik, rejekine asik. Pilih sing becik, negarane apik”. Dalam bahasa Indonesia, tulisan itu berarti ”Wilayahnya bersih, rezekinya asyik. Pilih yang baik, negaranya bagus”.

Dimas Arifin, koordinator tim pendukung TPS 14 Dipoyudan, mengatakan, pihaknya sengaja memilih tema pengelolaan sampah karena ini menjadi isu penting yang sedang dihadapi Kota Yogyakarta. ”Harapan kami melalui konsep ini masyarakat yang datang menggunakan hak pilihnya bisa tersadar akan masalah pengelolaan sampah,” ujarnya.

Harapannya ini bisa memicu warga lain untuk bisa berpartisipasi dalam pengolahan sampah di rumah masing-masing.

Beberapa waktu terakhir, Kota Yogyakarta memang mengalami problem pengelolaan sampah. Hal ini menyusul penuhnya lahan di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Piyungan sehingga hanya bisa beroperasi sangat terbatas. TPA itu menjadi tempat pembuangan akhir sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul.

Iklan

Ibu kota DIY itu pun mengalami persoalan sampah yang menumpuk di jalan-jalan. Hal itu kemudian menyentak kesadaran masyarakat akan pentingnya mengolah sampah sejak hulu atau dari rumah sendiri.

https://cdn-assetd.kompas.id/6CddQChINugMvClORA-qKb1BmUE=/1024x577/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F14%2F9e6fbceb-db33-4305-9d0f-ed90e621e76f_jpg.jpg

Tampah dan lampion dari barang daur ulang yang digunakan sebagai hiasan di TPS 14 Dipoyudan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta, dalam Pemilu 2024, Rabu (14/2/2024).

Dimas mengatakan, terkait tema itu, warga kampung pun sepakat menghias TPS dengan berbagai barang daur ulang, seperti tampah dan lampion dari botol plastik bekas tadi. Selain itu, ada pula dekorasi berupa sejumlah botol-botol plastik bekas air mineral, kaleng minuman, dan drum bekas yang ditampilkan di dalam TPS.

Penyiapan berbagai dekorasi dari barang daur ulang itu memakan waktu sekitar dua hari. Warga, terutama para pemuda kampung, bergotong royong mengerjakannya. ”Harapannya ini bisa memicu warga lain untuk bisa berpartisipasi dalam pengolahan sampah di rumah masing-masing,” tuturnya.

Baca juga: Sultan HB X: Hargai Pilihan Masyarakat

Di tempat lain, tepatnya di Kampung Ngawen, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, warga setempat mengusung pesan pelestarian budaya pada TPS-nya. Para petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) 102 kompak memakai kostum penari badui, tarian tradisional dari Sleman.

Berdasarkan penjelasan dari laman Dinas Kebudayaan Sleman, tari badui merupakan salah satu warisan budaya Takbenda Indonesia dari Provinsi DIY yang ditetapkan sejak 2017. Tarian ini termasuk dalam tarian folklasik atau tarian rakyat.

Petugas KPPS TPS 102 Ngawen, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, mengenakan kostum penari badui, tarian tradisional dari Kabupaten Sleman, saat bertugas melayani pemilih dalam Pemilu 2024, Rabu (14/2/2024).
KOMPAS/MOHAMAD FINAL DAENG

Petugas KPPS TPS 102 Ngawen, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, mengenakan kostum penari badui, tarian tradisional dari Kabupaten Sleman, saat bertugas melayani pemilih dalam Pemilu 2024, Rabu (14/2/2024).

Lebih jauh, tari badui disebutkan sebagai salah satu jenis seni sholawatan yang lahir di kawasan perdesaan. Pementasan tarian ini pada awalnya hanya dilakukan dalam rangkaian upacara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, tetapi saat ini juga berkembang untuk hiburan.

Ketua KPPS TPS 102 Ngawen Misbah menyatakan, pihaknya mengenakan kostum penari badui agar masyarakat dapat mengetahui kekayaan seni budaya dari Sleman tersebut. Hal ini menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya tersebut.

Terlepas dari pesan-pesan yang hendak disampaikan itu, kreativitas warga dalam menyiapkan TPS-nya tentu memberi kesegaran dan warna tersendiri pada siklus lima tahunan ini. Selamat berpesta demokrasi!

Baca juga: Semarak Pesta Demokrasi

Editor:
RINI KUSTIASIH
Bagikan