logo Kompas.id
NusantaraPemilu Jujur, Damai, dan...
Iklan

Pemilu Jujur, Damai, dan Pemimpin Bersih Menjadi Harapan Pemilih Muda

Di balik antusiasme pemilih muda, juga terdapat harapan agar pemilu jujur, tidak terjadi perpecahan, dan tidak korup.

Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
· 4 menit baca
Sejumlah mahasiswa mengurus pindah memilih di Kantor Komisi Pemilihan Umum Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (15/1/2024).
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA

Sejumlah mahasiswa mengurus pindah memilih di Kantor Komisi Pemilihan Umum Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (15/1/2024).

PONTIANAK, KOMPAS — Sejumlah pemilih muda menunjukkan antusiasmenya dalam Pemilu 2024. Apalagi, mereka baru kali pertama memiliki hak suara sehingga tidak ingin melewatkan kesempatan itu. Di balik antusiasme mereka juga terdapat harapan agar pemilu berjalan jujur, tidak terjadi perpecahan, dan melahirkan pemimpin yang tidak korup.

Kalangan anak muda, terutama mahasiswa, mempunyai banyak harapan terhadap pemimpin baru. Beragam harapan itu disampaikan oleh tiga mahasiswa Universitas Tanjungpura, Pontianak, Jesika Trimurti, Wanda dan Fikri.

Jesika Trimurti (20) berharap Pemilu 2024 berlangsung jujur dan tidak ada perpecahan. ”Pemilu yang jujur dan damai penting diwujudkan sebagai modal kemajuan Indonesia ke depan. Siapa pun presiden dan wakil presiden yang terpilih nanti juga diharapkan bisa merealisasikan apa yang dijanjikan,” kata Jesika saat diwawancarai di Pontianak, Selasa (16/1/2024).

Sebagai pemilih pemula, Jesika ia tidak ingin melewatkan momen pemilu begitu saja. Ia berupaya mencari rekam jejak para calon pemimpin melalui berbagai sumber, baik media sosial maupun situs terkait pemilu.

Antusiasme juga ia tunjukkan dengan mengurus pindah memilih pada Senin (15/1/2024) di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Pontianak. Ia berasal dari Kabupaten Sambas dan akan mencoblos di Kota Pontianak pada 14 Februari.

”Jadwal kuliah saya padat, tidak mungkin pulang ke Sambas. Saya sudah mengurus pindah memilih,” kata Jesika.

Harapan itu juga datang dari Wanda (19), pemilih muda lainnya. Dia berharap presiden yang terpilih bisa mewujudkan janji-janji kampanyenya di masa mendatang. Pemimpin ke depan juga diharapkan bisa mendengarkan suara anak muda yang akan menentukan masa depan Indonesia.

”Saya mahasiswi fakultas kedokteran semester empat. Jadi, diharapkan pemimpin ke depan bisa menyejahterakan tenaga kesehatan dan membuka lowongan kerja untuk kami ketika lulus nanti,” kata Wanda.

Ia pun berupaya mencari rekam jejak para calon pemimpin. Sebagian besar informasi ia dapatkan dari media sosial. Dalam kegiatan keseharian, dia akrab dengan media sosial yang memberikan banyak informasi. Tentu saja, Wanda berusaha memilah beragam informasi yang bisa dipercaya.

Fikri (19), pemilih muda lainnya, menuturkan, siapa pun yang memimpin nanti bisa membenahi apa yang belum baik. Kemudian, yang sudah baik bisa dipertahankan. Selain itu, ia berharap pemimpin terpilih tidak korup.

Jumlah Pemilih di Kalimantan Barat dalam Pemilu 2024
KPUD PROVINSI KALBAR

Jumlah Pemilih di Kalimantan Barat dalam Pemilu 2024

Iklan

Ia juga mencari rekam jejak calon pemimpin yang akan ia pilih melalui media sosial dan spanduk-spanduk di sejumlah lokasi. Kemudian, jika dirasa perlu didalami, ia mencari lebih lanjut di internat melalui mesin pencari.

”Dalam pemilu kali ini pertama kalinya saya memiliki hak pilih. Dulu hanya ikut orangtua ke TPS. Sekarang sudah memiliki hak untuk mencoblos dalam pemilu. Suara saya diharapkan bisa berkontribusi bagi Indonesia ke depan,” kata Fikri.

Kesadaran pemilih

Pengajar Pemilu Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Titi Anggraini, menilai, antusiasme dan harapan dari pemilih muda itu modal membuat pemilu naik kelas. Hal itu mengindikasikan kesadaran kewarganegaraan yang mau terlibat dalam proses politik dan demokrasi.

Baca juga : Suara dari Perbatasan untuk Calon Pemimpin Negeri

Pemilih seperti itu harus terus dikelola oleh partai politik dan semua pihak yang berkepentingan untuk diperluas dan diperkokoh. Harapannya, ketika kesadaran politik terbangun akan memiliki pertahanan diri dari pengaruh politik pragmatis dan transaksional.

”Saya yakin orang seperti mereka (pemilih muda) adalah pemilih yang berorientasi gagasan dan program,” ujar Titi.

Antusiasme dan aspirasi tersebut hendaknya direspons dengan politik berbasis program. Kita sudah memilih jalan demokrasi melalui pemilu sebagai salah satu instrumennya. Artinya, dalam jangka panjang orang seperti mereka (pemilih muda) akan selalu terlibat dan bagaimana keterlibatan itu meluas.

Tantangannya, bagaimana cara pandang mereka teramplifikasi menjadi paradigma mayoritas pemilih. Dengan begitu, kita memiliki harapan mengeliminasi politik uang, hoaks, dan juga hal-hal yang bersifat pragmatis dan transaksional.

Saya yakin orang seperti mereka (pemilih muda) adalah pemilih yang berorientasi gagasan dan program.

https://cdn-assetd.kompas.id/vgM6k3giw4BjUly9ik6YZXBRHyo=/1024x2598/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F17%2Fe41f5634-7185-4464-a3e8-743975d7022c_jpg.jpg

Catatan Kompas, dari total 204,8 juta pemilih dalam Pemilu 2024, sebanyak 106,3 juta orang atau 52 persen berusia 17-40 tahun. Jika dirinci, persentase pemilih berusia 17-30 tahun sebanyak 31,29 persen dari total pemilih dan berusia 31-40 tahun sebanyak 20,7 persen.

Baca juga : Persona Politik Pemilih Muda

Sementara itu, di Kalbar, berdasarkan data KPU Kalbar, dari 3.958.561 pemilih di Kalbar pada Pemilu 2024, sebanyak 25,37 persen atau sekitar 1 juta orang di antaranya pemilih Gen Z (kelahiran 1997-2012). Sebanyak 35,49 persen atau 1,4 juta pemilih berasal dari generasi milenial (kelahiran 1981-1996).

Kemudian, 26,23 persen atau 1 juta orang di antaranya pemilih dari Gen X (kelahiran 1965-1980). Selebihnya, 1,26 persen atau 49.879 pemilih berasal dari kategori pre-boomer (kelahiran sebelum 1945) dan 11,65 persen atau 461.116 orang merupakan pemilih baby boomer (kelahiran 1946-1964).

Editor:
MARIA SUSY BERINDRA
Bagikan