logo Kompas.id
Nusantara”Mikul Dhuwur Mendhem Jero”...
Iklan

”Mikul Dhuwur Mendhem Jero” Jakob Oetama

Sudah 1.000 hari yang lalu, Jakob Oetama berpulang dari dunia ini. Ia meninggalkan teladan berupa kejujuran dan ketulusan semasa hidupnya. Sudah seharusnya teladan itu terus dihidupi banyak orang.

Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
· 1 menit baca
Pentas tari berjudul Bedhayan Bocah Bajang ditampilkan dalam acara peringatan 1.000 hari meninggalnya salah satu pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama, di Omah Petroek, Karang Klethak, Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (24/6/2023). Pertunjukan yang ditampilkan kelompok tari Bimo Dance Theater ini diadaptasi oleh koreografer Bimo Wiwohatmo dari novel karya penulis Sindhunata yang berjudul <i>Anak Bajang Mengayun Bulan</i>. Pentas itu juga ditujukan sebagai pengingat akan nilai kejujuran dan ketulusan.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Pentas tari berjudul Bedhayan Bocah Bajang ditampilkan dalam acara peringatan 1.000 hari meninggalnya salah satu pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama, di Omah Petroek, Karang Klethak, Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (24/6/2023). Pertunjukan yang ditampilkan kelompok tari Bimo Dance Theater ini diadaptasi oleh koreografer Bimo Wiwohatmo dari novel karya penulis Sindhunata yang berjudul Anak Bajang Mengayun Bulan. Pentas itu juga ditujukan sebagai pengingat akan nilai kejujuran dan ketulusan.

Sudah 1.000 hari yang lalu, Jakob Oetama berpulang dari dunia ini. Ia meninggalkan teladan berupa kejujuran dan ketulusan semasa hidupnya. Sudah seharusnya teladan itu terus dihidupi oleh banyak orang. Lebih-lebih ajaran semacam itu mulai ditinggalkan.

Para penari berkain batik menuruni tangga menuju Sumur Jakob, di Omah Petroek, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (24/6/2023) malam. Langkah mereka diiringi lantunan tembang berlanggam Jawa. Di antara penari itu terlihat seorang pria berbadan gempal mengenakan topeng berwajah buruk rupa. Ia memerankan tokoh Sukrosono.

Editor:
RINI KUSTIASIH
Bagikan