logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊDiversifikasi Pangan di NTT...
Iklan

Diversifikasi Pangan di NTT Terbentur Sejumlah Tantangan

Diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras di NTT menemui berbagai tantangan, seperti kebiasaan, persepsi yang keliru, serta minimnya dukungan regulasi.

Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
Β· 1 menit baca
Zadrak Mengge dari Yayasan Penguatan Lingkar Belajar Komunitas Lokal (Pikul) menunjukkan alat peraga bernama Pelangi Meja, Selasa (21/3/2023). Pada alat peraga itu tertulis jenis makanan berserta kandungan nutrisinya. Jenis makanan yang tertulis di alat peraga itu ditemukan di berbagai perkampungan di Nusa Tenggara Timur.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN

Zadrak Mengge dari Yayasan Penguatan Lingkar Belajar Komunitas Lokal (Pikul) menunjukkan alat peraga bernama Pelangi Meja, Selasa (21/3/2023). Pada alat peraga itu tertulis jenis makanan berserta kandungan nutrisinya. Jenis makanan yang tertulis di alat peraga itu ditemukan di berbagai perkampungan di Nusa Tenggara Timur.

KUPANG, KOMPAS β€” Ketergantungan pada beras memaksa masyarakat di Nusa Tenggara Timur membeli beras dengan harga mahal seperti yang terjadi saat ini. Diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan itu pun menemui berbagai tantangan, seperti kebiasaan, persepsi yang keliru, serta minimnya dukungan regulasi.

Harga beras medium di NTT merangkak naik selama dua bulan terakhir. Hingga Kamis (22/3/2023), di wilayah perkotaan, seperti Kota Kupang, harga beras medium mencapai Rp 14.000 per kilogram (kg), sementara di wilayah perdesaan menembus Rp 17.000 per kg. Bahkan, di daerah kepulauan, harga beras menyentuh Rp 25.000 per kg.

Editor:
MOHAMAD FINAL DAENG
Bagikan