logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊKekurangan Benih dan Pupuk,...
Iklan

Kekurangan Benih dan Pupuk, Produktivitas Padi di Jateng Rendah

Rata-rata produktivitas lahan padi di Jawa Tengah 5,6 ton per hektar dinilai masih terlalu kecil. Sejumlah upaya bakal dilakukan untuk mendrongkrak produktivitas sehingga gejolak harga bisa dikendalikan.

Oleh
KRISTI DWI UTAMI
Β· 1 menit baca
Perempuan mendominasi sebagai buruh panen padi, salah satunya di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (23/11/2021). Mereka bekerja berdasarkan musim, antara lain masa tanam, perawatan, dan masa panen, dengan upah bervariasi berkisar Rp 40.000 hingga Rp 70.000 per hari.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Perempuan mendominasi sebagai buruh panen padi, salah satunya di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (23/11/2021). Mereka bekerja berdasarkan musim, antara lain masa tanam, perawatan, dan masa panen, dengan upah bervariasi berkisar Rp 40.000 hingga Rp 70.000 per hari.

SEMARANG, KOMPAS β€” Produktivitas padi di Jawa Tengah dinilai masih terlalu rendah. Setidaknya ada dua faktor yang disebut menjadi penghambat produktivitas padi, yakni kurangnya benih dan pupuk. Pemerintah setempat bakal mengedarkan benih unggulan dan mengajak petani mengoptimalkan penggunaan pupuk organik di tengah keterbatasan pupuk anorganik bersubsidi.

Dalam data Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng tercatat, produksi padi pada tahun 2020-2022 di wilayah itu fluktuatif. Pada tahun 2020, produksi padi di Jateng sebesar 9,4 juta ton. Sementara pada tahun 2021 dan 2022, jumlahnya masing-masing 9,6 juta ton dan 9,5 juta ton.

Editor:
AUFRIDA WISMI WARASTRI
Bagikan