logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊElegi Penghayat Kaharingan di ...
Iklan

Elegi Penghayat Kaharingan di Kalimantan

Pengahayat Kaharingan di Kalteng menghadapi banyak cobaan, mulai dari belum diakui hingga ancaman punah. Mereka sulit mengakses pelayanan publik dan hutan sebagai tumpuan ritual kepercayaan mereka pun terus terkikis.

Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Β· 1 menit baca
Umat Hindu dan Hindu Kaharingan membuat ogoh-ogoh dan diletakkan di sebelah patung perjuangan di Bundaran Besar, Palangkaraya, sehari sebelum pesta Gerhana Matahari Total, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada 8 Maret 2016.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO

Umat Hindu dan Hindu Kaharingan membuat ogoh-ogoh dan diletakkan di sebelah patung perjuangan di Bundaran Besar, Palangkaraya, sehari sebelum pesta Gerhana Matahari Total, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada 8 Maret 2016.

”Kalau hutan habis, saya mau pindah agama,” ucap Dedi Susanto (30) saat memandangi hutan di Lamandau, Kalimantan Tengah, yang berjarak lebih dari 100 kilometer dari kampungnya di Kotawaringin Timur.

Dedi adalah penghayat Kaharingan yang sampai saat ini masih kesulitan mendapat pengakuan negara. Kini, ancaman itu bertambah saat hutan-hutan yang jadi sumber ritual keagamaan mereka terancam habis.

Editor:
NELI TRIANA
Bagikan