Dampak kebijakan
Pendaftaran BBM Bersubsidi Lebih Rumit ketimbang Nilai Subsidi
Harga BBM bersubsidi naik, cara membeli pun harus daftar secara daring dengan ponsel pintar. Bagi sebagian warga Kabupaten dan Kota Kupang ini susah sekali karena mereka tak punya ponsel pintar, apalagi surat elektronik.
![Stasiun pengisian bahan bakar minyak untuk umum (SPBU) di Pasar Oeba Kota Kupang, Senin (12/9/2022).](https://assetd.kompas.id/zabww6ZG0HpGFQ9Fo-0QS7HqrjI=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F09%2F12%2F6ca32d9a-f17c-45f8-a9fb-41df9d3db2df_jpg.jpg)
Stasiun pengisian bahan bakar minyak untuk umum (SPBU) di Pasar Oeba Kota Kupang, Senin (12/9/2022).
Mobil pikap dari Oekabiti, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, baru saja menurunkan hasil pertanian di Pasar Oeba, Kota Kupang. Mobil itu bergegas mengisi bahan bakar minyak bersubsidi di sebuah stasiun pengisian bahan bakar untuk umum di samping pasar itu.
Sang sopir kesulitan mengisi pertalite di SPBU itu karena belum mendaftar daring. Pemilik kendaraan lain pun menghadapi persoalan serupa. Mereka ramai-ramai menepikan kendaraan roda empat di rumah demi meluangkan waktu berjuang menaklukkan susahnya mendaftar daring untuk membeli bahan bakar. Padahal, mereka sudah cukup pusing dengan penurunan calon penumpang buntut penyesuaian tarif angkutan seiring harga bahan bakar minyak naik.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 19 dengan judul "Pendaftaran BBM Bersubsidi Lebih Rumit Ketimbang Nilai Subsidi".
Baca Epaper Kompas