logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊJateng di Puncak Kemarau...
Iklan

Jateng di Puncak Kemarau Agustus Ini, Anggaran Atasi Kekeringan Menurun

Dampak musim kemarau di Jateng diperkirakan tidak separah sebelumnya. Kendati demikian, antisipasi tetap disiapkan, salah satunya anggaran distribusi air bersih.

Oleh
KRISTI DWI UTAMI
Β· 1 menit baca
Warga mencuci pakaian dengan air yang diambil dari ceruk di dasar sungai di Dusun Kedungdondo, Desa Kalimati, Kecamatan Juwangi, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (24/6/2019). Kebutuhan air minum warga saat ini masih bisa diperoleh dari saluran PDAM. Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, sebanyak 360 desa di Jawa Tengah akan mengalami kekeringan pada awal musim kemarau tahun ini.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Warga mencuci pakaian dengan air yang diambil dari ceruk di dasar sungai di Dusun Kedungdondo, Desa Kalimati, Kecamatan Juwangi, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (24/6/2019). Kebutuhan air minum warga saat ini masih bisa diperoleh dari saluran PDAM. Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, sebanyak 360 desa di Jawa Tengah akan mengalami kekeringan pada awal musim kemarau tahun ini.

SEMARANG, KOMPAS β€” Puncak musim kemarau di Jawa Tengah diperkirakan terjadi sepanjang Agustus. Tahun ini, musim kemarau tergolong basah dan dampaknya dinilai tidak separah biasanya. Hal itu membuat anggaran penanggulangan kekeringan tahun ini lebih sedikit dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan, mayoritas kabupaten/kota di Jateng mengalami hari tanpa hujan (HTH) sekitar 10-20 hari sepanjang Agustus. Namun, ada sejumlah daerah yang mengalami HTH selama 21-30 hari, seperti Kendal, Sragen, Klaten, dan Sukoharjo. Wilayah-wilayah itu perlu mewaspadai potensi kekeringan.

Editor:
AUFRIDA WISMI WARASTRI
Bagikan