TRADISI RAMADHAN
Ragam Tradisi Sambut Malam Lailatul Qadar
Di Surakarta, Jawa Tengah, Keraton Kasunanan Surakarta menggelar Kirab Malam Selikuran dengan menyediakan seribu tumpeng. Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, warga kampung menyalakan "dila jojor" atau lampu "jojor".
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F04%2F24%2F169c183c-b000-4e25-81b4-5ea44ac53705_jpg.jpg)
Para abdi dalem tengah mengikuti Kirab Malam Selikuran perjalanan dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (22/4/2022) malam. Kirab itu membawa seribu tumpeng dan lampu ting warna-warni. Peringatan itu menandai masukinya malam ke-21 atau sepertiga akhir Ramadhan. Tradisi tahunan tersebut juga dimaknai sebagai bentuk syukur keraton dan harapan agar semua pihak selalu diberi keselamatan.
Umat Islam meyakini, di antara sepuluh malam terakhir Ramadhan terdapat satu malam yang lebih mulia dari seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadar. Selain dengan kekhusyukan kepada Yang Maha Kuasa di tempat ibadah, warga di sejumlah wilayah Nusantara juga menjalankan tradisi khas daerah masing-masing untuk menyambut malam istimewa itu.
Di Kota Surakarta, Jawa Tengah, misalnya, Keraton Kasunanan Surakarta menggelar Kirab Malam Selikuran dengan menyediakan seributumpeng. Adapun di Lombok, Nusa Tenggara Barat, warga kampung menyalakan dila jojor atau lampu jojor pada tanggal-tanggal ganjil di sepuluh hari terakhir bulan puasa.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 20 dengan judul "Ragam Tradisi Sambut Malam Lailatul Qadar".
Baca Epaper Kompas