logo Kompas.id
NusantaraNenek ”Arsitek” Peredam...
Iklan

Nenek ”Arsitek” Peredam Tsunami di Sikka (4-habis)

Anselina Nona dan almarhum suaminya menanam mangrove hingga seluas 20 hektar di pesisir utara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Mereka mulai menanam setelah daerah itu hancur diterjang tsunami.

Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Ww4yUwi1AA-5JAvXVjvxJqUfQuA=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2Fb9f3a919-c9dc-4c40-a25c-c1461620ee25_jpg.jpg
Kompas

Bentang alam di salah satu sisi Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Minggu (19/12/2021). Desa itu dilalui jalan utama di utara Pulau Flores yang menghubungkan beberapa kabupaten.

Perjalanan menyusuri jejak tsunami dari Maumere hingga Pulau Babi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, membawa saya pada satu kesimpulan: mitigasi bencana di daerah itu lemah. Bilamana terjadi gempa besar dan diikuti tsunami, bakal banyak korban berjatuhan.

Betapa disayangkan, ternyata gempa diikuti tsunami pada 12 Desember 1992 yang menelan lebih kurang 2.500 korban jiwa tak jua membuat penghuni wilayah pesisir sadar pada risiko bencana. Gempa dengan magnitudo 7,4 pada 14 Desember 2021 juga tak memberi kewaspadaan berarti. Mereka bergeming. Pascagempa tak banyak yang berubah.

Editor:
Gesit Ariyanto
Bagikan