logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊSesajen Semeru dan Beda...
Iklan

Sesajen Semeru dan Beda Pemaknaan Manusia

Pro-kontra pria menendang sesajen di sekitar Gunung Semeru membuktikan bahwa pemahaman dan pemaknaan manusia bisa berbeda-beda. Simbol budaya masyarakat tertentu, belum tentu dipahami masyarakat lain. Bagaimana baiknya?

Oleh
DAHLIA IRAWATI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/1Ad51gfX1JLmGAtfQyCz3CnRWD0=/1024x604/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2Fdfe58fff-26ed-4274-bd70-fb2e0d8278ec_jpg.jpg
Kompas/Riza Fathoni

Sesajen

Peristiwa seorang pria menendang sesajen (sesaji) di Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, viral dan menyita perhatian publik. Sebagian kecil mendukung aksi tersebut, tetapi lebih banyak menolaknya. Pemerintah Kabupaten Lumajang mengibarkan bendera perang atas aksi itu, yang dinilai mencederai keberagaman. Hal ini menjadi bukti, bahwa pemahaman dan pemaknaan manusia atas segala sesuatu bisa berbeda-beda.

Video viral tentang pria menendang sesajen di Lumajang, dan langsung mengaitkannya dengan keyakinan, mendadak memenuhi ruang informasi elektronik, online, hingga media cetak. Tentu saja, karena saat ini segala hal tentang Semeru akan menjadi sorotan. Bencana guguran awan panas Semeru awal Desember 2021, masih belum usai, masih banyak warga menanti relokasi akibat rumahya tersapu awan panas dan lahar hujan.

Editor:
Siwi Yunita
Bagikan