GEMPA DAN TSUNAMI
Gempa Flores dan Memori ”Desember Kelam” di Kepala Saya
Gempa yang mengguncang utara Pulau Flores pada Selasa (14/12/2021) mengingatkan kembali akan gempa serta tsunami yang menghancurkan daerah itu pada Sabtu (12/12/1992). Trauma itu kembali hadir.
Sabtu, 12 Desember 1992, pagi itu umur saya baru empat setengah tahun. Bersama seorang teman, kami menyusuri jalan di kampung kami, Desa Pandai, Pulau Adonara, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Tiba-tiba tanah bergoyang dan kami pun terjatuh ke badan jalan. Sebuah truk berlari dari arah depan, kami berusaha bangun namun terjatuh lagi.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2FFC-01435-27-GIR012_1590599075.jpg)
Gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 7,8 diikuti gelombang pasang dan menerjang sejauh 300 meter ke daratan, Sabtu (12/12/1992), menghantam bagian tengah dan timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Lebih dari 2.000 orang tewas.
Tak sanggup berdiri, kami berdua berusaha merayap secepat mungkin hingga ke pinggir jalan, sebelum truk itu melintas. Tiba di pinggir jalan, kami langsung menggulingkan badan ke dalam parit. Guncangan reda, kami berusaha bangun namun masih sempoyongan seperti orang mabuk minuman alkohol. Saya sempat muntah.