logo Kompas.id
NusantaraErupsi Semeru, Kegagapan, dan ...
Iklan

Erupsi Semeru, Kegagapan, dan Tuhan yang ‘Dipersalahkan’

Bencana awan panas guguran Semeru pada 4 Desember 2021 membuktikan bahwa kita masih gagap meski sudah berkali-kali menghadapi bencana.

Oleh
DAHLIA IRAWATI
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/8gGJiFnUt3taFOb_8_TplNiuBmo=/1024x1536/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2F12211226-ce44-4efe-92a7-042b2d855f78_jpg.jpg
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI

Puncak Semeru difoto pada Kamis (09/12/2021), di Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang.

Bencana awan panas guguran Semeru pada 4 Desember 2021 membuktikan bahwa meski telah berkali-kali menghadapi bencana, tetap saja kita terkaget-kaget jika bencana sesungguhnya datang. Itu lumrah sebenarnya. Yang tidak lumrah adalah ketika kita tidak mau belajar, dan sekadar melempar tanggung jawab itu pada Tuhan.

Pada 4 Desember 2021, awan panas guguran Gunung Semeru luruh menyapu desa-desa di sekitarnya. Data korban jiwa per Jumat (10/12/2021), tercatat korban meninggal dunia 45 orang dan hilang 9 orang.  Penyintas berjumlah 6.573 jiwa yang tersebar di 124 titik pos pengungsian.

Editor:
Siwi Yunita
Bagikan