logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊTujuh Hari Mengikat Nyawa di...
Iklan

Tujuh Hari Mengikat Nyawa di Laut Banda

Di tengah ganasnya Laut Banda, kapal yang ditumpangi Jamaluddin (54) dan tiga rekannya tenggelam. Berbekal doa, ia bertahan tujuh hari dan akhirnya diselamatkan.

Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/VxPNgBhU3sFMSzIqSlK6_YW9hvI=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F2558c2d2-da7f-4444-bc0a-90fdf4357153_jpg.jpg
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS

Jamaluddin (54), korban selamat dari kapal tenggelam di Laut Banda, menjalani perawatan setelah tiba di Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (14/9/2021).

Tujuh hari tujuh malam, Jamaluddin (45) mengikat diri di kapal yang setengah tenggelam di tengah ganasnya Laut Banda. Satu per satu rekannya meninggal, juga melompat karena tidak mampu bertahan dengan hanya meminum air laut. Di tengah kepasrahan dan bermodal doa, ia terselamatkan.

Selasa (7/9/2021), jelang tengah hari. Jamal, panggilannya, beristirahat di kamar kapal yang sedang berlayar di tengah Laut Banda menuju Sorong, Papua Barat. Dua hari sebelumnya, mereka berangkat dari Batu Atas, Kabupaten Buton Selatan, setelah rekannya membeli kapal berukuran 6 gross ton (GT) yang belum diberi nama. Kapal ini digunakan untuk mengangkut kopra antarwilayah.

Editor:
Mohamad Final Daeng
Bagikan