”Gilo-gilo”, aneka makanan dan buah yang dijajakan pedagang dengan gerobak roda dua, terus mengarungi perjalanan dari masa ke masa di tengah keramaian jalan dan pasar di Kota Semarang, Jawa Tengah. Makanan purwarupa itu disajikan berharga murah sebagai pengganjal perut dengan harga merakyat.
Pagi itu, dari gang-gang sempit di Kampung Kulitan, beberapa gerobak dorong di atasnya mulai diisi beberapa jenis makanan. Suparwoto menyiapkan beberapa jenis gorengan, antara lain tahu isi, lumpia, dan tempe. Rutinitas itu dilakukannya hampir 30 tahun lebih, terputus hanya karena sakit atau saat ada pembatasan sosial ketika pandemi ini.