logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊPantang Berpangku Tangan di...
Iklan

Pantang Berpangku Tangan di Hadapan Tambang

Lebih dari setengah luas Pulau Sangihe masuk konsesi tambang emas perusahaan swasta, termasuk Kampung Bowone. Para ibu berjuang secara hukum menolak lahan dan masa depan mereka diserahkan kepada pertambangan.

Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/0DQ5hxRQB1zZe-vfnyK7emXJiYA=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2F70d96549-6f95-4549-ac4b-baf3494aa8c7_jpg.jpg
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI

Para ibu di Kampung Bowone, Tabukan Selatan Tengah, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, menolak pembukaan lahan konsesi tambang emas oleh PT Tambang Mas Sangihe, Sabtu (7/8/2021).

”The privatisation of land for revenue generation displaced women more critically, eroding their traditional land use rights.” – Vandana Shiva (1988)

Stevi Poae (28) bisa saja menjadi jutawan dadakan. Syaratnya satu: merelakan kebun dan rumahnya di Kampung Bowone, Kepulauan Sangihe, jadi situs pertambangan emas. Ibu rumah tangga itu hanya perlu menemukan tempat baru yang bisa disebut rumah bagi keluarganya, termasuk tiga anaknya yang masih kecil.

Editor:
gesitariyanto
Bagikan