geliat kota
Surabaya, Kota Kampung yang Terus Menjaga Ciri Khasnya
Surabaya, ibu kota Jawa Timur, kota kedua terbesar di Nusantara atau setelah Jakarta, tidak bisa melupakan jati diri sebagai kampung yang terus berkembang, menjadi terkemuka, dan modern.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2F02fb3488-34dd-46be-bb65-33102538229b_jpg.jpg)
Lorong Gang Pandean IV, lokasi rumah kelahiran Presiden Soekarno, di Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya, Selasa (18/8/2020). Rumah yang sudah dibeli Pemkot Surabaya itu akan dijadikan museum.
Tamasya dari kampung ke kampung di Surabaya, Jawa Timur, tak akan selesai dalam sehari, sepekan, atau lebih. Kota berpenduduk 2,9 juta jiwa ini memiliki sekitar 5.000 kampung yang beberapa puluh di antaranya memiliki kekhasan yang kuat, baik dari sisi lokasi, sejarah, budaya, maupun kulinernya.
Di usia yang melewati 728 tahun, beberapa nama kawasan telah lekat dengan perjalanan Kota Surabaya. Dari beberapa nama itu, antara lain, Peneleh, Ampel, Maspati, Tambak Bayan, Kapasan, Ketandan, Keputran, Sawunggaling, dan Morokrembangan.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 19 dengan judul "Surabaya, Kota Kampung yang Terus Menjaga Ciri Khasnya".
Baca Epaper Kompas