logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊDi Balik Parkir Mobil Gibran...
Iklan

Di Balik Parkir Mobil Gibran dan Tantangan Toleransi di Surakarta

Peristiwa perusakan nisan pada makam umat Kristiani di Surakarta tidak bisa dianggap sepele, apalagi diduga dilakukan oleh bocah. Pemerintah mesti tegas mencegah berkembangnya sel-sel kanker intoleransi di masyarakat.

Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/LdBd9BCe4WquOLWWG5hFbbndQPA=/1024x461/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F06%2Fcb4d00fb-1308-432d-9280-8814211fcbd8_jpg.jpg
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO

Pariyem, juru kunci makam, menunjukkan makam umat Kristiani yang dirusak sejumlah anak-anak di Makam Cemoro Kembar, Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (25/6/2021). Perusakan dilakukan anak-anak dari sebuah lembaga pendidikan agama yang jaraknya kurang dari 100 meter dengan tempat pemakaman umum tersebut. Kasus ini masih didalami aparat kepolisian.

Insiden perusakan nisan sejumlah makam umat Kristiani di Surakarta, Jawa Tengah, mengoyak spirit toleransi dan kebinekaan. Terlebih, terduga pelaku masih bocah di bawah 13 tahun yang semestinya jadi fondasi peradaban bangsa di masa depan. Atas kasus ini, setidaknya Wali Kota Gibran Rakabuming Raka memberi jawaban tegas ala tradisi Jawa.

Pariyem (60) sibuk mencabuti rumput liar di Makam Cemoro Kembar, Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jumat (25/6/2021). Sesekali, mata juru kunci makam itu menengok ke pintu masuk. Ia masih terpukul dengan perusakan sejumlah nisan yang beberapa waktu lalu terjadi di tempat itu.

Editor:
Gregorius Magnus Finesso
Bagikan