logo Kompas.id
NusantaraBabi ”Ngepet”, Bipang, dan...
Iklan

Babi ”Ngepet”, Bipang, dan Perlawanan dari Blambangan

Jangan sampai ’asu, babi, celeng’ di Banyuwangi dianggap sebagai komunikasi yang buruk atau tidak santun. Dulu, kata itu menjadi strategi perang para pengikut Jogopati melawan VOC.

Oleh
Angger Putranto
· 1 menit baca

Babi ngepet dan babi panggang menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Keduanya menimbulkan kegaduhan karena adanya kekacauan penyampaian pesan. Namun, di Banyuwangi, babi yang biasa disebut ”celeng” justru sarat dengan makna perjuangan.

https://cdn-assetd.kompas.id/vU7E5Ncl7dNh858d_AVwnDqdPH8=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F10%2F20181023GER_Gandrung-Sewu-8_1540264374.jpg
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Pada zamannya, pertunjukan gandrung dirancang sebagai upaya tipu daya untuk melumpuhkan Belanda.

Polemik bipang Ambawang berakhir dengan pembelaan tim komunikasi kepresidenan yang bertolak belakang dengan sikap lapang dada dan permohonan maaf Menteri Perdagangan. Sementara kasus babi ngepet di Kampung Bedahan, Depok, Jawa Barat,  berakhir dengan matinya babi hutan atau celeng yang jadi korban fitnah.

Editor:
Siwi Yunita
Bagikan