logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊDaun Kedondong Hutan Penebus...
Iklan

Daun Kedondong Hutan Penebus Rindu Kampung Halaman

Sejumlah olahan masakan tradisional menjadi penawar kerinduan masyarakat di Kendari akibat tak bisa mudik di tengah pandemi Covid-19. Ayam masak daun kedondong hutan dan sinonggi dari olahan sagu adalah salah duanya.

Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/kN-UcNcuB2nfyBfcRkP8R_8_v-Q=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2Fbfbc77dd-a0b6-4b54-8942-fcd2eba7896b_jpg.jpg
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS

Mila (25), pedagang dadakan di Pasar Korem Kendari, Sulawesi Tenggara, menunjukkan daun kedondong biasa (kiri) dan daun kedondong hutan (kanan) pada Selasa (11/5/2021). Daun kedondong ini menjadi salah satu bahan utama memasak di Sultra.

Jelang Lebaran tiba, harum masakan kampung membayang di benak dan lidah. Kesulitan mudik di tengah pandemi Covid-19 membuat banyak orang menahan kerinduan akut akan silaturahmi keluarga, juga makanan yang menggoda selera. Meracik makanan sendiri menjadi saluran penebus kangen itu.

Berencana mudik sejak jauh hari, Sahar (40), harus menahan diri setelah pemerintah mengeluarkan aturan larangan bepergian. Karyawan kontrak di salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kembali harus berlebaran di Kendari, Sulawesi Tenggara, berpisah dengan istri dan anak.

Editor:
Mohamad Final Daeng
Bagikan