logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊKisah Toleransi dari Pulau...
Iklan

Kisah Toleransi dari Pulau Adonara hingga Kota Daeng...

Adonara oleh antropolog Eropa pernah dijuluki sebagai pulaunya para pembunuh. Kini, pulau di Nusa Tenggara Timur itu menggemakan pesan toleransi ke segala ujung bumi.

Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN/RINI KUSTIASIH
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/ZZwwQqyLq8K9_OD5IyUgRFIGhSQ=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F0a99abe4-ada2-4420-a1b5-24e5a23787da_jpg.jpg
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN

Makam Islam di depan Gereja Katolik Santa Maria Pembantu Abadi kampung Witihama, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pada 14 April 2021. Di kampung itu, umat Islam dan Nasrani hidup berdampingan, bahkan ada yang berbeda agama, tetapi tinggal di bawah satu atap.

Kerukunan antarumat beragama telah menjadi bagian karakter warga bangsa. Di Pulau Adonara, Nusa Tenggara Timur, warga yang berbeda agama tinggal dalam satu atap dalam ikatan persaudaraan yang kental. Demikian pula dengan teladan yang ditunjukkan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj, yang mengunjungi Gereja Katedral Makassar, dan bersama-sama mendoakan keselamatan umat pascateror bom.

Hubungan yang akrab antarumat beragama itu tulus, dan menunjukkan karakter dasar warga Nusantara yang toleran.

Editor:
Rini Kustiasih
Bagikan