logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊAyung Notonegoro, Menyingkap...
Iklan

Ayung Notonegoro, Menyingkap Sejarah di Balik Aksara Pegon

Keberadaan Komunitas Pegon memberi warna tersendiri dalam kehidupan generasi muda di Banyuwangi. Di tengah kemajuan Banyuwangi, nilai-nilai yang tersimpan dalam naskah-naskah kuno tetap lestari.

Oleh
Angger Putranto
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/cNlNdmqBmTUAhzQHvys-KJz_K6o=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F20210415GER_Sosok-Ayung-Notonegor-Komunitas-Pegon2_1618483346.jpg
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Pendiri Komunitas Pegon Ayung Notonegoro

Sebuah kitab kuno yang ada di meja, dibuka perlahan. Tangan yang sudah dibalut menggunakan sarung tangan lateks mengeja perlahan kata per kata aksara pegon. Dari aksara-aksara tersebut Ayung Notonegoro (31) mencoba menguak sebuah kisah yang mungkin berguna bagi masa depan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pegon berarti aksara Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa, atau tulisan Arab yang tidak diberi tanda-tanda (diakritik). Aksara pegon kerap disebut tulisan Arab gundul. Pegon Jawa, huruf vokalnya menggunakan huruf bukan harakat. Berbeda dengan pegon Melayu, yang huruf vokalnya menggunakan harakat.

Editor:
dahonofitrianto
Bagikan