logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊGula Impor Dikhawatirkan...
Iklan

Gula Impor Dikhawatirkan Merusak Harga Gula Lokal

Petani tebu di Malang menilai gula impor berpotensi merusak harga gula lokal. Dengan kondisi yang ada selama ini, sejumlah permasalahan masih menghantui petani di Malang,

Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/tVyjhiKXe8edpXWD2SkVBEn1CPU=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2F11a24612-f6b0-418f-ada1-3fe4b638baa9_jpg.jpg
KOMPAS/DEFRI WERDIONO

Seorang buruh tebang di daerah Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tengah menaikkan tebu ke atas truk untuk selanjutnya dibawa ke pabrik gula, Oktober 2020.

MALANG, KOMPAS β€” Petani tebu di Kabupaten Malang, Jawa Timur, menilai peluang impor gula mentah bagi industri berbasis tebu, buntut dari regulasi baru Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 3 Tahun 2021, berpotensi merusak harga gula lokal. Sampai saat ini harga gula lokal masih belum menguntungkan petani.

Dari catatan Kompas, harga tebu petani di Malang dan sekitarnya pada musim giling 2020 mencapai Rp 60.000-Rp 70.000 per kuintal, tergantung dari pabrik gula (PG) yang dituju. Tahun 2019 harganya sedikit lebih tinggi, Rp 70.000-Rp 80.000, karena saat itu ada uji coba pabrik gula baru di Blitar.

Editor:
Siwi Yunita
Bagikan