logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊSaat Kota Seribu Sungai...
Iklan

Saat Kota Seribu Sungai Terkatup Banjir

Perdebatan penyebab banjir di Kalsel tak berhenti antara curah hujan atau kerusakan lingkungan akibat alih fungsi lahan. Tak ada yang salah. Namun, kebijakan untuk memperbaiki tata kelola lingkungan mendesak dilakukan.

Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/dxIDn7IjmvTquH-AvNW4qP1-gZk=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2F3d638ff2-cf7b-462e-a82a-82cf8844f684_jpg.jpg
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS

warga Kota Banjarmasin menimba air dari perahunya saat melintasi Arbain (45), warga Kota Banjarmasin mengayuh perahu saat melintasi permukiman warga di Kelurahan Sungai Lulut, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (24/1/2021). Hampir dua pekan permukiman warga di tepian Sungai Lulut, anak Sungai Martapura itu dilanda banjir dan air belum juga surut.

Jebakan eksploitasi alam Kalimantan Selatan menjadi kenyataan. Di bagian hulu sungai, mulut lubang tambang menganga tak ditutup, aktivitas pertambangan jalan terus, sedangkan di hilir gambut dihajar perkebunan kelapa sawit. Kota Seribu Sungai pun terkatup banjir.

Setelah lima hari diterjang banjir, Syahroni (58) warga Desa Pengaron, Kabupaten Banjar, bisa kembali ke rumah. Jumat (22/1/2021) siang ia duduk di atas sofa usang yang penuh lumpur kering sembari menyesap kopi.

Editor:
Siwi Yunita
Bagikan