logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊJangan Tunggu Dampak Fatal...
Iklan

Jangan Tunggu Dampak Fatal Bencana Hidrometeorologis

Hingga November 2020, lebih dari 322 jiwa melayang karena bencana alam yang didominasi bencana hidrometeorologis. Anomali cuaca La Nina mendongkrak risiko bencana hingga awal 2021.

Oleh
STEFANUS ATO/NIKSON SINAGA/TATANG SINAGA/PANDU PRADIPTA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/_hXFaylhiF2Q6Ec8_0p7xERd4mE=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2Fabf093be-ad66-4a59-9f88-b0778d557d38_jpg.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Foto udara lekukan Kali Cikeas yang mengelilingi perumahan Villa Jatirasa, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin (26/10/2020). Banjir akibat luapan Kali Cikeas dan Kali Cileungsi dengan ketinggian 60 sentimeter hingga 2 meter melanda sejumlah perumahan tersebut pada Sabtu (24/10/2020) pukul 23.00.

JAKARTA, KOMPAS β€” Fenomena La Nina nyata dampaknya pada tingginya intensitas hujan berujung banjir, longsor, puting beliung, dan banjir bandang yang memakan korban serta menyebabkan pengungsian di sejumlah daerah. Di tengah musim hujan yang belum mencapai puncaknya, risiko bencana hidrometeorologis meningkat pada akhir 2020, seiring dengan ketidaksiapan daerah.

Di wilayah DKI Jakarta, banjir rob dua kali merendam sebagian Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Hingga kemarin, genangan masih tinggi. ”Sejak saya kecil, baru pada 2020 banjir rob naik sampai permukiman warga. Paling parah terjadi Juni, airnya masuk ke tengah kampung dengan ketinggian 50-60 sentimeter,” kata Ketua RT 001 RW 004, Kelurahan Pulau Pari, Edi Mulyono, Kamis (19/11/2020).

Editor:
gesitariyanto
Bagikan