logo Kompas.id
NusantaraAtasi Kasus ”Stunting” sejak...
Iklan

Atasi Kasus ”Stunting” sejak Masa Kehamilan

Atasi kasus ”stunting” atau tengkes di Nusa Tenggara Timur dimulai dari masa kehamilan dengan memberikan asupan gizi dan protein. Karena itu, semua kepala desa wajib mengetahui dan mendata jumlah ibu hamil di desanya.

Oleh
KORNELIS KEWA AMA
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/dTMtIof5kYV_pCATQTeP6Jjm_TA=/1024x1365/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F07%2F20200728korc-sbd_1595934610.jpg
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Seorang anak balita perempuan menderita stunting atau tengkes sekaligus gizi buruk di Kodi, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.

MAUMERE, KOMPAS — Atasi kasus stunting atau tengkes di Nusa Tenggara Timur harus dimulai dari masa kehamilan dengan memberikan asupan gizi dan protein yang cukup. Karena itu, semua kepala desa wajib mengetahui dan mendata berapa jumlah ibu hamil di desa guna segera diintervensi agar anak dalam kandungan tidak mengalami anak balita kerdil. Secara persentase, ada 16 kabupaten mengalami penurunan angka tengkes, tetapi angka riil naik karena terjadi lonjakan kelahiran.

Gubernur NTT Viktor Laiskodat dalam kunjungan kerja di Maumere, Selasa (28/7/2020), mengatakan, kasus tengkes atau stunting di NTT menjadi masalah serius bagi sumber daya generasi muda di provinsi ini ke depan. Masalah ini tidak hanya tanggung jawab pemprov, tapi setiap elemen pemerintah di tingkat paling bawah seperti  kepala desa hingga ketua rukung tetangga (RT) dan rukun warga (RW).

Editor:
agnespandia
Bagikan