logo Kompas.id
NusantaraMenanti Rindu Harum Se’i NTT...
Iklan

Menanti Rindu Harum Se’i NTT Itu Kembali Lagi

Se’i tengah dirundung rindu. Demam babi afrika hingga pandemi Covid-19 menderanya. Satu per satu pelaku usaha berjatuhan meski sebagian tetap ngotot bertahan demi warisan kuliner khas Nusa Tenggara Timur ini.

Oleh
KORNELIS KEWA AMA
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/8CmO_9hn6ONI6r0d4FgEKH3ebSE=/1024x497/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2F20200511korc-kursi-kursi-digantung_1589267773.jpg
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Restauran Se’i Aroma di Kupang tampak sepi pengunjung setelah konsumen hanya diperkenankan membeli untuk dibawa pulang.

Belasan kursi di restoran se’i ”Aroma” di Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, seperti tak bernyawa. Posisinya digantung terbalik di bibir meja makan. Kondisi tempat kuliner ternama itu tak lagi ramai. Sepi. Tidak ada antrean manusia berjubel di depan pintu masuk pada pagi hingga malam hari. Daya tarik makanan khas Nusa Tenggara Timur itu sejenak hilang seperti tanpa jejak.

Semuanya berubah setidaknya sejak empat bulan lalu. Diawali demam babi afrika atau african swine fever (ASF) yang menyerang NTT awal Februari 2020, disusul pandemi Covid-19 sebulan kemudian, keduanya mengempaskan se’i ke titik nadir.

Editor:
Cornelius Helmy Herlambang
Bagikan