MONOLOG
Perlawanan di Pembuangan
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F06%2F20180604bro-KIDmonolog1.jpg)
Sutradara dan aktris Sha Ine Febriyanti saat mementaskan monolog ”Tjut Nyak Dhien” di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya, Jawa Timur, Surabaya.
Renta, rabun, dan encok menggerogoti hidupnya. Maut amat dekat dan menyeringai siap mencabut nyawanya. Di Tatar Sunda, dalam pembuangan oleh bangsa kaphe (kafir), di tepi jurang kematian, tanpa rencong kebanggaan yang telah disita, perempuan itu melawan. Demi bangsanya, tanah airnya; Nanggroe, Tjut Nyak Dhien membuktikan perjuangan tiada akhir, bernyali tanpa gentar apalagi pamrih.
Sambil menenteng lentera badai, perempuan berkerudung dan bersarung itu berjalan tertatih menuju dipan di panggung di hadapan 2.000 penonton dalam Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya, Selasa (29/5/2018) pukul 20.15 WIB. Layar latar kelabu nan kelam. Iringan solo selo menemani sutradara dan aktris Sha Ine Febriyanti mementaskan monolog ”Tjuk Nyak Dhien”.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 0 dengan judul "Perlawanan di Pembuangan".
Baca Epaper Kompas