KEMISKINAN
Wajah Nyata Kemiskinan di Jakarta
Edi Mulyono, warga Pulau Pari, Kepulauan Seribu, berpenghasilan Rp 3 juta sebagai nelayan. Terkadang ia mendapat tambahan hingga Rp 3 juta jika banyak wisatawan. Semua serba pas-pasan untuknya, istri, dan ketiga anaknya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F17%2Fd296ecd5-2058-4691-b1f2-513bc84105c5_jpg.jpg)
Warga mencari udara segar di ruang terbuka yang berada di antara jalur kereta yang membelah hunian semipermanen padat penduduk di kawasan Pademangan, Jakarta Utara, Kamis (17/7/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Jarak kesejahteraan antarwarga di Jakarta kian lebar bahkan dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Warga masih berkutat ataupun sukar lepas dari kemiskinan karena faktor urbanisasi, tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, lebih banyak terserap ke lapangan kerja informal, sulitnya akses terhadap sarana dasar yang layak, dan tingginya tingkat pengangguran terbuka.
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta dalam laporan berjudul ”Akhirnya, Angka Kemiskinan Jakarta Turun”, Senin (17/7/2023), menyampaikan bahwa angka kemiskinan pada Maret 2023 sebesar 4,44 persen atau turun 0,09 persen dibandingkan Maret 2020 sebesar 4,53 persen dan turun 0,17 persen dibandingkan September 2022.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 12 dengan judul "Wajah Nyata Kemiskinan di Jakarta".
Baca Epaper Kompas