logo Kompas.id
β€Ί
Metropolitanβ€ΊDari Kota Satelit ke Ibu Kota ...
Iklan

Dari Kota Satelit ke Ibu Kota Baru

Berawal dari sesaknya kota induk, kota satelit atau kota baru dibangun demi memecah kepadatan penduduk dan meratakan kesejahteraan. Dalam perkembangannya, kota satelit atau kota baru justru bisa melenceng dari tujuannya.

Oleh
neli triana
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/WfJQwco3ngb1Ay3axvFR4zKujjs=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2F2f70f0ae-d551-4cb8-bc0b-6db99b58cd33_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Lanskap Kota Jakarta, Minggu (10/1/20201).

Rencana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur mengungkit memori tentang kebijakan pembangunan perkotaan di Indonesia yang juga dipengaruhi dinamika perkotaan di luar negeri.

Jakarta, sebagai ibu kota negara Indonesia sejak kemerdekaan tahun 1945 sekaligus pusat perekonomian, mengalami pertumbuhan penduduk yang tidak main-main. Badan Pusat Statistik mencatat pada masa kemerdekaan RI, jumlah penduduk Jakarta sekitar 600.000 orang. Pada 1950, jumlah warga Jakarta sudah menjadi 1,6 juta jiwa dan mencapai 2,9 juta orang tahun 1961.

Editor:
gesitariyanto
Bagikan