Bekantan Balikpapan di Era Kota 4.0
Penggerak konservasi belajar mengedit video untuk konten kanal Youtube-nya demi meluaskan jangkauan kampanye konservasi mangrove. Upaya melek digital sejati yang perlu ditularkan di era masyarakat supercerdas.
Berkemeja hitam berpadu celana panjang warna senada, perawakan kecil Agus Bei nyaris tak terlihat di antara rombongan ibu-ibu yang baru usai berkegiatan di Mangrove Center, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (10/3/2021) sore. Ketika ia menyapa dan mulai berbincang, barulah suara lantang ceplas-ceplosnya membuat semua perhatian terpusat pada pria pelopor kawasan konservasi Mangrove Center Graha Indah di Teluk Balikpapan itu.
Agus yang mengelola konservasi mangrove di lahan seluas 150 hektar selama dua dekade terakhir itu tak pernah merasa puas. Tua-tua keladi. Bagi ayah dua anak berusia 52 tahun ini, tidaklah cukup menguasai teknik menanam mangrove dan pengalaman merehabilitasi area sabuk hijau pesisir yang kritis menjadi rimbun kembali. Beberapa waktu terakhir, ia tak henti belajar sampai mahir mengambil dan mengedit video untuk diunggah di laman Youtube-nya.