logo Kompas.id
β€Ί
Metropolitanβ€ΊKerusakan Puncak: Mulai Jalan ...
Iklan

Kerusakan Puncak: Mulai Jalan Daendels hingga Jalan Berliku Menuju Pemulihan

Longsor dan banjir bandang bak suara tangisan alam Puncak yang tak terdengar. Kemolekan alam di kaki Gunung Gede-Pangrango, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, digerogoti kepentingan pariwisata.

Oleh
Dhanang David Aritonang/Benediktur Krisna Yogatama/Madina Nusrat
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/J6Rt3PZMc73mjMc9s-ezU17eq20=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2F20210124bky-lipsus-puncak-rawan-longsor-cibulao-1_1611478463.jpg
KOMPAS/BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA

Salah satu aliran sungai di hulu DAS Ciliwung, Kampung Cikoneng, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/12/2020). Tampak bantaran di kanan kirinya dipenuhi ilalang dan sedikit pohon keras. Akibat perambahan hutan di masa lalu menyebabkan hulu sungai kini minim pohon keras.

JAKARTA, KOMPAS - Longsor dan banjir bandang bak suara tangisan alam Puncak yang tak terdengar. Kemolekan alam kaki Gunung Gede-Pangrango, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ini digerogoti kepentingan pariwisata yang menuntut keuntungan lewat pendirian vila, hotel, restoran, dan tempat hiburan. Di balik selimut kabut, alam dan orang-orang hidup dalam kondisi kritis.

Selama berpuluh tahun, kemolekan alam Puncak dikenal di bumi Nusantara hingga Eropa. Hamparan kebun teh, kabut yang kerap turun menyelimuti lereng serta lembahnya, serta hawa sejuk kekal memikat wisatawan. Kemolekannya diceritakan dari masa ke masa secara turun-temurun.

Editor:
agnesrita
Bagikan