MultimediaStatisAkulturasi Dua Budaya Melalui ...

Akulturasi Dua Budaya Melalui Gambang Keromong

Oleh Tim Infografik Kompas ·
https://cdn-assetd.kompas.id/IUmkZzxUgPqjg0i2QhOYKKhzQdI=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F06%2F19%2Fb697e225-292b-4ce0-b42e-d3257930caa9_jpg.jpg

Orkes Gambang keromong merupakan kebudayaan yang berasal dari akulturasi dua budaya, yakni Betawi dan China. Kongahyan, tehyan, dan sukong yang merupakan adaptasi dari alat musik gesek Tionghoa (erhu) dipadukan bersama dengan alat musik tradisional, yakni gambang, gendang, kecrek, dan gong, membentuk satu orkes yang disebut gambang keromong. Infografik ini bagian dari seri beberapa infografik yang terkait tentang Jakarta untuk menyambut HUT Jakarta ke-497 pada 22 Juni.

Pemimpin golongan Tionghoa pada abad ke-18 yang juga seorang seniman, yakni Kapiten Noe Hoe Kong, mengawali penggabungan alat musik tradisional dengan alat musik khas China. Kesenian ini mulai populer pada tahun 1930-an di kalangan masyarakat peranakan Tionghoa yang sekarang dikenal dengan nama Cina Benteng. Orkes gambang keromong berfungsi sebagai sarana penyemarak upacara adat dalam rangka lingkaran hidup seseorang (perkawinan, nazar, dan sunatan), dan juga berfungsi untuk mengiringi tarian cokek, ataupun untuk teater lenong. Hingga saat ini, gambang keromong masih dipakai dalam perayaan ataupun upacara pernikahan warga Cina Benteng.