logo Kompas.id
KolomPolitik Atas Nama
Iklan

Politik Atas Nama

Terkait isu penundaan Pemilu 2024, ada kesenjangan antara realitas yang ditangkap lembaga survei dan pernyataan pimpinan partai politik. Apakah ini pertanda kegagalan partai politik dalam menangkap aspirasi rakyat?

Oleh
BUDIMAN TANUREDJO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/iv8LYjNfZC6qbRXFJZAGQ5vySRM=/1024x623/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F01%2F21%2F5efcbe28-987d-476a-bcfa-edd3a8e10b0b_jpg.jpg

Hari libur Nyepi, Kamis 3 Maret 2022, saya manfaatkan untuk meninggalkan kepengapan politik Jakarta menuju Yogyakarta. Bertemu dengan sejumlah teman.

Kami mengobrol di sebuah rumah makan di Jalan Kaliurang. Hujan deras saat kami tiba. Berjalan perlahan memasuki rumah makan, saya berhenti sejenak melihat lukisan dengan judul Tahta untuk Rakyat. Ada gambar Sultan Hamengku Buwono IX. Di bawah lukisan itu ada kutipan yang menurut saya menarik, becik ketitik olo ketoro. ”Perbuatan baik atau perbuatan buruk pada akhirnya akan tampak juga”. Kami mengobrol tanpa tema. Sebuah pesan masuk dari teman. Saya baca sepintas. Isinya rilis dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) tentang Sikap Publik terhadap Penundaan Pemilu dan Masa Jabatan Presiden. Survei itu dilakukan 25 Februari 2022-1 Maret 2022. Aktual dengan perkembangan politik termuktahir.

Editor:
ANTONY LEE
Bagikan