logo Kompas.id
β€Ί
Kesehatanβ€ΊTembakau, Cukai, dan Nasib...
Iklan

Tembakau, Cukai, dan Nasib Petani

Nasib petani tembakau diombang ambing oleh tata niaga yang tidak adil, cuaca buruk, dan kebijakan pengendalian tembakau yang sering kali tak terkait langsung dengan mereka.

Oleh
ADHITYA RAMADHAN
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/vy92KlvMzS7zqqqRvIFcFroxy1M=/1024x684/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2F916587b7-09e5-4d8d-b6be-aaf7bcb5e5a5_jpg.jpg
Kompas

Pelajar SMP Wahyu (12) membantu ibunya membersihkan rumput di sela-sela tanaman tembakau yang ditanam di samping rumahnya di Desa Sukabumi, Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (18/6/2020). Budaya bercocok tanam diajarkan secara turun-temurun di kawasan pertanian tersebut. Memasuki kemarau, petani di kawasan kaki Gunung Merapi tersebut beralih menanam tembakau, antara lain, karena hujan sudah semakin jarang turun. Masa panen raya komoditas itu berlangsung pada pertengahan Agustus 2020.

Mulai 1 Januari 2022 tarif cukai hasil tembakau yang baru mulai berlaku. Selain bertujuan mengendalikan konsumsi rokok, cukai juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani tembakau dan buruh industri rokok.

Selama ini, beberapa pihak selalu menjadikan petani tembakau sebagai alasan dalam menolak kebijakan pengendalian tembakau yang ketat, seperti kenaikan tarif cukai, pelarangan/pembatasan iklan dan sponsor rokok, hingga ratifikasi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC).

Editor:
Adhitya Ramadhan
Bagikan