Kelompok Anti Desak Cukai Rokok Mahal
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F08%2FDSC08907.jpg)
Diskusi Publik yang diselenggarakan hasil kerjasama Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (KNPT) dan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, hari Sabtu (25/8/2018) berjudul "Perempuan, Agama dan Perlindungan Penerus Bangsa dari Konsumsi Rokok".
SURABAYA, KOMPAS - Komunitas anti rokok mendakwa bahwa iklan, promosi, dan sponsor yang menargetkan remaja muda atau anak-anak sebagai penyebab fenomena penurunan kwalitas sumber daya manusia berupa anak-anak kerdil, kurang asupan nutrisi hingga rendahnya kecerdasan. Mereka menilai, bentuk kampanye anti rokok kini berupa desakan agar pemerintah menaikkan harga rokok hingga tidak terjangkau, terutama oleh kelompok perokok berpendapatan rendah.
"Saat ini dengan harga rokok Rp 15.000 per pak dan seorang perokok bisa membelanjakan uang hingga dua pak sehari, maka jatah nutrisi yang bisa dibawa pulang untuk anaknya, terkurang hingga 30 - 40 persen, jika upahnya Rp 75.000 hingga Rp 100.000 sehari. Ini bisa disebut kekejaman pada generasi muda," kata Aisyah Ahmad, Wakil Kepala Pondok Putri Pesantren Tebuireng Aisyah Muhammad di depan Diskusi Publik hasil kerjasama Komisi Nasional (Kompas) Pengendalian Tembakau (KNPT) dan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, hari Sabtu (25/8/2018) berjudul "Perempuan, Agama dan Perlindungan Penerus Bangsa dari Konsumsi Rokok".