Menguak Taktik Anies, Prabowo, dan Ganjar di Jawa
Di Jawa, Anies-Muhaimin dan Prabowo-Gibran lebih fokus ke daerah lawan, Ganjar-Mahfud pilih rawat basis dukungan.
Pulau Jawa sebagai pulau dengan populasi terpadat di Indonesia menjadi medan perebutan suara paling panas pada setiap pemilihan umum. Ada 115 juta calon pemilih atau 56,3 persen dari total 204,8 juta calon pemilih pada Pemilu 2024 di Jawa. Karena itu, Jawa menjadi lumbung suara paling diperebutkan semua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
Keberhasilan di Jawa sangat menentukan keberhasilan secara nasional suatu pasangan capres-cawapres. Tim Jurnalisme Data Kompas menganalisis data daerah yang dikunjungi capres atau cawapres selama sembilan pekan kampanye pada 28 November 2023 sampai 29 Januari 2024. Data ini dikombinasikan dengan peta dapil yang menjadi basis suara pasangan capres-cawapres.
Dapil yang disebut basis suara pasangan capres-cawapres adalah dapil yang perolehan suara terbesarnya dimenangi salah satu partai politik pengusung capres dan cawapres pada Pemilu 2019.
Misalnya, di Dapil Jawa Barat I (Kota Bandung dan Kota Cimahi), perolehan suara pada Pemilu 2019 dimenangi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang pada pemilu kini mendukung pasangan Anies-Muhaimin. Dengan demikian, Dapil Jawa Barat I disebut dapil basis suara pasangan Anies-Muhaimin.
Baca juga : Ribuan Caleg Asal Jakarta Mewakili Daerah Lain
Dicurahkan di Jawa
Untuk memikat pemilih di Jawa, pasangan capres-cawapres tampak melancarkan upaya lebih besar dengan mendatangi lebih banyak daerah di Jawa. Misalnya, pasangan Ganjar-Mahfud yang mengunjungi 33 dapil (63,5 persen) di Jawa dari total 52 dapil yang dikunjungi secara nasional.
Basis dukungan pasangan ini memang paling banyak di Jawa. Dari total 39 dapil yang ada di Pulau Jawa, sebanyak 20 dapil merupakan ”kandang banteng” (51,3 persen) atau didominasi perolehan suara PDI-P. Mayoritas tersebar di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Tengah.
Prabowo-Gibran juga cukup intens berkampanye di Jawa. Dari 50 dapil yang dikunjungi, sebanyak 30 dapil atau 60 persen merupakan dapil di Pulau Jawa. Sementara untuk Anies-Muhaimin, dari 60 dapil yang dikunjungi, sebanyak 32 dapil berada di Pulau Jawa atau 53,3 persen.
Basis dukungan kedua pasangan ini di Jawa lebih kecil dibandingkan pasangan nomor urut 3. Basis dukungan Anies-Muhaimin tersebar di sembilan dapil (23,1 persen) di Provinsi Jawa Timur yang merupakan daerah kemenangan PKB.
Baca juga: Hanya Program Terpilih yang Ditonjolkan Lewat Media Sosial
Sementara basis dukungan Prabowo-Gibran berada di 10 dapil (25,6 persen) yang menjadi basis kemenangan Partai Gerindra dan Partai Golkar serta tersebar di Provinsi Jawa Barat dan Banten.
Ekspansif-defensif
Dengan demikian terlihat bahwa pasangan Anies-Muhaimin dan Prabowo-Gibran sama-sama menerapkan taktik ekspansif atau keluar dari basis kekuatan masing-masing untuk meraup suara di pulau Jawa.
Selama sembilan pekan pertama masa kampanye, dari 32 dapil di Jawa yang dikunjungi Anies-Muhaimin, hanya 8 dapil yang merupakan basis kekuatannya. Artinya, 75 persen kampanye Anies digelar di wilayah yang menjadi basis kekuatan lawan.
Serupa, dari total 30 dapil di Jawa yang dikunjungi Prabowo-Gibran, hanya 8 dapil yang menjadi basis dukungan mereka. Dengan demikian, 73,3 persen kampanye pasangan ini digelar di wilayah ”kandang” lawan.
Baca juga: Anies dan Prabowo Ekspansif, Ganjar Pilih Jaga Basis Suara
Ganjar-Mahfud. Pasangan nomor urut 3, ini cenderung bergerak di daerah basisnya sendiri. Rinciannya, dari 33 dapil yang dikunjungi, 18 dapil di antaranya basis sendiri. Artinya, pasangan ini hanya menggelar 15 kampanye (45,5 persen) di daerah basis lawan.
Meskipun sudah pernah ke Jawa Barat, bisa jadi kami akan ke sana lagi untuk melihat di mana militansi itu benar-benar ada.
Ketua Tim Nasional Anies-Muhaimin Muhammad Syaugi pun meyakini, Jawa Barat dan Jawa Timur akan menyumbang banyak suara bagi pasangan nomor urut 1. ”Meskipun sudah pernah ke Jawa Barat, bisa jadi kami akan ke sana lagi untuk melihat di mana militansi itu benar-benar ada. Bagaimanapun, masyarakat akan melihat kalau ada banyak sekali (pendukung), mereka akan ikut-ikutan,” ungkap Syaugi di Jakarta, Jumat (19/1/2024).
Langkah serupa diterapkan pasangan nomor urut 2. Capres Prabowo Subianto akan difokuskan berkampanye di Jawa. Wakil Ketua Tim Kampanye Prabowo-Gibran Ahmad Muzani mengatakan, setelah berkunjung ke sejumlah titik di Indonesia bagian timur, seperti Nusa Tenggara Timur dan Papua, Prabowo akan lebih sering mengunjungi sejumlah provinsi di Pulau Jawa.
Di Jawa pun, saya kira Pak Prabowo mau fokuskan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
”Di Jawa pun, saya kira Pak Prabowo mau fokuskan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, meski akan banyak di Jawa Tengah,” kata Muzani.
Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid, pun mengonfirmasi, Jawa akan makin diperebutkan menjelang akhir masa kampanye. Ia pun memprioritaskan sejumlah provinsi sebagai lumbung suara potensial bagi pasangan nomor urut 3 dengan Jawa sebagai titik berat.
Kalau melihat dari sisi basis, memang kita melihat ada 9-11 provinsi prioritas. Kalau melihat dari jumlah suara, yang paling besar memang Jawa.
”Kalau melihat dari sisi basis, memang kita melihat ada 9-11 provinsi prioritas. Kalau melihat dari jumlah suara, yang paling besar memang Jawa. Ya jelas itu menjadi main focus, tapi bukan berarti daerah lain dibiarkan,” kata Arsjad.
Strategi nasional
Taktik berburu suara di Jawa yang diterapkan para pasangan capres-cawapres ini tidak jauh berbeda dengan strategi mereka memenangkan suara di luar Jawa dan di tingkat nasional pada umumnya.
Secara nasional, Anies-Muhaimin lebih banyak berkampanye di basis lawan ketimbang di basis kekuatan sendiri, yakni 81,7 persen. Disusul Prabowo-Gibran yang 72 persen kampanyenya digelar di wilayah lawan.
Sementara pasangan Ganjar-Mahfud secara nasional juga terlihat lebih memperkuat daerah basis dukungannya. Pasangan nomor urut 3 ini hanya menggelar kampanye di daerah lawan sebanyak 48,1 persen dari total dapil yang dikunjungi.
Pola serupa terlihat untuk strategi kampanye khusus untuk wilayah luar Jawa. Taktik ekspansif dilancarkan Anies-Muhaimin. Dari total 28 dapil di luar Jawa yang dikunjungi pasangan ini, 89,3 persen yang dikunjungi adalah dapil basis kemenangan lawan.
Demikian pula Prabowo-Gibran. Dari total 20 dapil yang dikunjungi, sebanyak 70 persen di antaranya merupakan basis suara lawan.
Ganjar-Mahfud menerapkan strategi yang lebih defensif. Daru total 19 dapil yang dikunjungi, sebanyak 52,6 persen (10 dapil) adalah basis lawan.
Fokus di akhir
Dengan sisa masa kampanye yang singkat, tim sukses masing-masing pasangan capres-cawapres tampaknya akan berfokus di Jawa.
Pengajar Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada, Mada Sukmajati, berpendapat, besarnya potensi suara dari Jawa akan menentukan strategi di masa akhir kampanye Pemilu 2024.
Kalaupun ada kampanye di luar Jawa, itu dalam konteks menjaga komitmen saja, bukan menyerang untuk membalikkan dukungan.
Menurutnya, setiap pasangan capres-cawapres akan mengarahkan kekuatan untuk mengikat pemilih di berbagai simpul suara di Jawa.
”Semakin mendekati hari-H, semua pasangan capres-cawapres kemungkinan akan fokus ke Jawa. Kalaupun ada kampanye di luar Jawa, itu dalam konteks menjaga komitmen saja, bukan menyerang untuk membalikkan dukungan. Sebab, hal itu butuh waktu, energi, dan biaya yang tidak sedikit,” kata Mada.