logo Kompas.id
β€Ί
Investigasiβ€ΊManfaat AI Masih Rendah di...
Iklan

Manfaat AI Masih Rendah di Negara Berkembang

Struktur ekonomi Indonesia belum banyak mengimplementasikan teknologi dalam operasional sehari-hari dan justru mengandalkan buruh murah. Hal ini membuat penggunaan AI mungkin belum begitu menarik di Indonesia

Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI, ALBERTUS KRISNA, M PUTERI ROSALINA
Β· 1 menit baca
Pekerja sedang menyelesaikan pembuatan meter air B&R di pabrik PT Tirta Pratama Meterindo, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Kamis (22/6/2023). Perusahaan tersebut mampu memproduksi hingga 30 ribu meter air per bulan. Produk ini selain dapat dibaca secara manual juga dapat dibaca secara otomatis dari jarak jauh dengan menggunakan modul automatic meter reading (AMR).
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pekerja sedang menyelesaikan pembuatan meter air B&R di pabrik PT Tirta Pratama Meterindo, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Kamis (22/6/2023). Perusahaan tersebut mampu memproduksi hingga 30 ribu meter air per bulan. Produk ini selain dapat dibaca secara manual juga dapat dibaca secara otomatis dari jarak jauh dengan menggunakan modul automatic meter reading (AMR).

JAKARTA, KOMPAS β€” Negara dengan ongkos tenaga kerja rendah cenderung mengalami disrupsi kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI) yang juga rendah. Namun di sisi lain, hal ini juga berarti, negara-negara dengan ongkos tenaga kerja relatif rendah, seperti Indonesia, belum dapat menikmati manfaat AI secara maksimal.

Analisis Kompas mengombinasikan tingkat penghasilan rata-rata di berbagai negara dan kerentanan mereka terhadap disrupsi yang disebabkan oleh kecerdasan buatan (AI). Pada negara dengan tenaga kerja yang lebih murah, AI cenderung tidak bisa diimplementasikan dengan luas.

Editor:
Bagikan