logo Kompas.id
InvestigasiDiperdaya, Disiksa, hingga...
Iklan

Diperdaya, Disiksa, hingga Trauma dengan Bulu Mata Palsu…

Menjadi korban perdagangan manusia dapat menyisakan trauma tak berkesudahan. Terlebih, jika korbannya masih anak-anak. Masa depan mereka turut terancam.

Oleh
JOG/FRD/DIV/ILO
· 1 menit baca
WI (15), korban perdagangan anak asal Indramayu, Jawa Barat saat ditemui dirumahnya, Rabu (1/2/2023). WI pernah dipaksa menjadi pekerja di salah satu kafe di kawasan tambang emas, 99 Ndeotadi, Distrik Bogobaida, Paniai, Papua.
ARSIP KOMPAS

WI (15), korban perdagangan anak asal Indramayu, Jawa Barat saat ditemui dirumahnya, Rabu (1/2/2023). WI pernah dipaksa menjadi pekerja di salah satu kafe di kawasan tambang emas, 99 Ndeotadi, Distrik Bogobaida, Paniai, Papua.

Gadis belia itu trauma jika melihat perempuan dewasa dengan bulu mata palsu. Jika berpapasan dengan perempuan berdandan semacam itu, dia memilih menghindar atau bahkan pulang ke rumah. Kenangan pahit menyertainya.

Ia pun memilih tak menatap ibunya jika memasang bulu mata palsu. Sebab, jika melihat perempuan dengan bulu mata palsu, dia teringat pada sang mucikari, yang menjebloskannya pada dunia prostitusi 1,5 tahun silam. “(Jika bertemu dengan orang berbulu mata palsu), walaupun jauh (dari rumah) juga tetap pulang,” ucap WI (15), gadis tersebut, saat ditemui di rumahnya di Indramayu, Jawa Barat, Februari silam.

Editor:
KHAERUDIN, HARRY SUSILO
Bagikan