Jepang-China Pusing Memikirkan Turunnya Angka Kelahiran
Masalah menurunnya angka kelahiran sangat penting bagi keberlanjutan suatu bangsa. Menurut laporan di jurnal ilmiah ”Lancet”, pada 2100 sebanyak 23 negara maju akan kehilangan setengah penduduknya.
Jepang dan China sama-sama mengalami masalah kekurangan kelahiran penduduk, sementara jumlah warga lanjut usia kian banyak. Muncul beberapa usulan di luar dugaan dari sejumlah politikus kedua negara itu untuk menggenjot angka kelahiran.
Di Jepang, dalam kongres Parta Demokratik Liberal (LDP), Selasa (28/2/2023), seorang politikus dari Prefektur Mie berteori bahwa berkurangnya jumlah kelahiran bukan karena biaya hidup yang tinggi dan keengganan perempuan untuk berkeluarga, melainkan karena masyarakat Jepang tidak memiliki kemampuan bersikap romantis. ”Pemerintah harus membuat program untuk meningkatkan perasaan romantis di masyarakat,” kata Narise Ishida, politikus tersebut yang dikutip oleh surat kabar Mainichi.