logo Kompas.id
β€Ί
Internasionalβ€ΊPPTM Dipandang Kurang Membahas...
Iklan

PPTM Dipandang Kurang Membahas Kebijakan dan Langkah Strategis Nyata

Belum banyak perubahan pendekatan politik luar negeri Indonesia selama sembilan tahun terakhir. Kebijakan mayoritas bersifat reaktif terhadap fenomena global.

Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
Β· 1 menit baca
Dari kiri ke kanan: peneliti di Centre for International and Strategic Studies (CSIS) Andrew Mantong, Wakil Direktur CSIS Shafiah Muhibat, Direktur CSIS Yose Rizal Damuri, dan Kepala Departemen Luar Negeri CSIS Lina Alexandra memberi tanggapan mengenai Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri di Jakarta, Kamis (11/1/2023).
LARASWATI ARIADNE ANWAR

Dari kiri ke kanan: peneliti di Centre for International and Strategic Studies (CSIS) Andrew Mantong, Wakil Direktur CSIS Shafiah Muhibat, Direktur CSIS Yose Rizal Damuri, dan Kepala Departemen Luar Negeri CSIS Lina Alexandra memberi tanggapan mengenai Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri di Jakarta, Kamis (11/1/2023).

JAKARTA, KOMPAS – Para pengamat hubungan internasional dan politik luar negeri Indonesia menilai Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri atau PPTM kurang menggali permasalahan. Bahkan, ada beberapa isu penting yang sangat berpengaruh di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara tidak disinggung. Pola ini menunjukkan bahwa kebijakan politik luar negeri masih bersikap reaktif dari situasi internal dan eksternal, bukan berbasis membangun sistem dan iklim yang strategis.

Kritik disampaikan oleh tim peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta pada hari Kamis (11/1/2023). Mereka melihat, di PPTM tahun 2023 yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, pandemi Covid-19 saat ini tidak lagi menjadi tantangan. Ini adalah salah satu pertanda yang baik.

Editor:
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
Bagikan