logo Kompas.id
InternasionalMenuju Timur Tengah Baru
Iklan

Menuju Timur Tengah Baru

Tren wajah baru Timur Tengah saat ini mencerminkan semakin pupusnya faktor ideologi dan memperlihatkan semakin kuatnya arah pragmatisme negara-negara di Timur Tengah dalam menerapkan kebijakan hubungan luar negerinya.

Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/9yIEHm5jQp_6ArYp9sNrO4tIJCA=/1024x1260/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F20191107IAM-Musthafa-Abd-Rahman_1573131513-e1573131983695_1573756259.jpg
Kompas

Musthafa Abd Rahman, wartawan senior Kompas

Media dan pengamat di Timur Tengah saat ini sering menyebut adanya tren menuju Timur Tengah baru. Istilah ”Timur Tengah baru” pertama kali diembuskan oleh mantan Presiden Israel, Shimon Peres, pasca-tercapainya Kesepakatan Oslo antara Palestina dan Israel pada tahun 1993.

Peres saat itu menulis buku dengan judul The New Middle East (Timur Tengah Baru). Ia berharap dan sekaligus memprediksi akan terciptanya paradigma baru di Timur Tengah, yakni kerja sama Arab-Israel, menggantikan paradigma konflik Arab-Israel, pasca-Kesepakatan Oslo. Peres menyebut paradigma baru itu dengan istilah ”Timur Tengah Baru”.

Editor:
samsulhadi
Bagikan