Antara Yangon dan Jakarta
Bagi Myanmar, peran Indonesia saat negara itu menjadi Ketua ASEAN 2015 tak mungkin terlupakan. Kudeta militer Myanmar pekan lalu seharusnya mendorong Indonesia memainkan diplomasi berikutnya memberi solusi di negara itu.
Sepanjang sepekan terakhir, perhatian dunia tersedot ke Myanmar. Unjuk rasa antikudeta militer terjadi setiap hari di Yangon dan kota-kota lain di negara itu. Kudeta militer pimpinan Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang meruntuhkan sendi-sendi bangunan transisi demokrasi di negara itu, terjadi kurang dari sebulan setelah penyerbuan pendukung Presiden Donald Trump di Gedung Capitol di Washington DC, simbol jantung demokrasi AS.
Dua peristiwa tersebut jelas tidak terkait satu sama lain, tetapi disatukan benang merah berupa penolakan terhadap hasil pemilu. Bedanya, di Myanmar demokrasi tumbang, sedangkan di AS kekuatan antidemokrasi berhasil ditendang.