logo Kompas.id
β€Ί
Internasionalβ€ΊMenjelang Pemilu, Harapan pada...
Iklan

Menjelang Pemilu, Harapan pada Transisi Demokrasi di Myanmar Meredup

Myanmar akan melaksanakan pemilihan umum, Minggu (8/11/202). Etnis minoritas Rohingya di pengungsian ditinggalkan dalam pesta demokrasi ala Myanmar. Identitas mereka tetap dicabut dan tidak diakui sebagai warga negara.

Oleh
Mahdi Muhammad
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/JN8eOvGA31dnVCx_nyAxR3ug79A=/1024x677/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2FMYANMAR-ROHINGYAWORLD-COURT_85680492_1579622140.jpg
REUTERS / YVES HERMAN

Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi berbicara pada hari kedua pemeriksaan dalam kasus tuduhan genosida terhadap warga Rohingya yang diajukan oleh Gambia di Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda, 11 Desember 2019.

Hnin, seorang guru berusia 21 tahun, pada awalnya tumbuh dengan mengidolakan ikon demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, yang kini memimpin negaranya. Tapi, kini Hnin berpaling ketika ia pergi ke tempat pemungutan suara, Minggu (8/11/2020). Hnin memutuskan tidak lagi mendukung sang idola pada pemilihan umum Myanmar yang dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19.

”Saya tidak percaya lagi padanya. Jalan yang dia coba ambil untuk menuju demokrasi, tidak mungkin,” katanya. Dalam penilaian Hnin, Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian 2015, gagal memenuhi janji untuk menyatukan rakyat Myanmar.

Editor:
samsulhadi
Bagikan