Wisatawan Berisiko Sebarkan Spesies Eksotik Invasif
Wisata, meski jadi sumber ekonomi yang bisa berkelanjutan, tetap memiliki risiko pada kelestarian alam. Di antaranya, wisatawan bisa saja membawa benih spesies invasif, baik tumbuhan maupun hewan, ke daerah tujuan.
Pariwisata di banyak negara menjadi tumpuan kehidupan ekonomi yang menggerakkan roda kehidupan warganya. Sektor wisata seperti ini pun disebut-sebut sebagai contoh sumber ekonomi yang berkelanjutan karena akan mampu menjaga kelestarian alam. Riset terbaru menunjukkan, pariwisata, terutama perjalanan internasional, berisiko menyebabkan gangguan pada ekosistem alami maupun pertanian. Itu disebabkan wisatawan yang datang bisa saja membawa benih/bibit tanaman maupun hewan yang bersifat eksotik invasif.
Berbagai contoh spesies invasif di Indonesia seperti eceng gondok, aneka hama, siput sawah/keong mas, ikan louhan, ikan nila, ikan arapaima, tanaman Merremia peltata, dan ratusan jenis lainnya telah menjadi permasalahan di hutan, danau, maupun ladang dan pertanian. Daftar jenis asing invasif itu ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P94/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/12/2016 tentang Jenis Invasif yang diundangkan sejak 20 Desember 2016. Daftar ini diperbarui pemerintah bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Kompas, 10/6/2019).