logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊFrekuensi Banjir dan Longsor...
Iklan

Frekuensi Banjir dan Longsor Melonjak Dalam 10 Tahun

Pesatnya pertumbuhan penduduk meningkatkan risiko bencana akibat gerakan tanah. Ini diawali oleh pemanfaatan lahan yang tidak adaptif terhadap kondisi geologi lokal.

Oleh
Ahmad Arif
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/LBYADPUVOlzmsZUgPbF4_oS-9Do=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2F639bf8d9-7149-418b-8301-28c16184746a_jpg.jpg
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Maleakhi Set (34) sedang memandang puing-puing rumahnya, yang sisa lantai saja, sebagian bangunan dibawa longsor menuju sungai Liliba, Kupang, Jumat (13/8/2021).

JAKARTA, KOMPAS β€“ Frekuensi banjir di Indonesia telah meningkat lima kali lipat dalam 10 tahun terakhir, sedangkan longsor meningkat tiga kali lipat. Ancaman bencana terkait cuaca pada tahun 2021/2022 diperkirakan bakal meningkat seiring dengan musim hujan yang lebih awal dan lebih basah.

"Risiko bencana akibat gerakan tanah di Indonesia semakin besar seiring dengan pertumbuhan penduduk. Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang memiliki jumlah penduduk paling tinggi juga memiliki frekuensi bencana gerakan tanah paling banyak," kata Koordinator Mitigasi Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Agus Budianto, dalam diskusi daring yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (2/9/2021).

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan